Moment mengharukan saat wisuda tahfidz Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an (PPTQ) An Nahl kemarin Ahad 5 Mei 2019 adalah saat para santri hafizh memberikan mahkota kepada para orang tuanya.
Itu adalah seremonial simbolis dari para santri, bahwa anak-anak yang memiliki hafalan AL Qur’an maka ia akan memberikan mahkota emas kepada orang tuanya di akhirat kelak.
Pada saat enam santri An Nahl memberikan mahkota kepada orang tuanya, kemudian mereka mencium tangannya, sejumlah wali santri itu terlihat terharu dan menitikkan air mata.
Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من قرأ القرآن وتعلَّم وعمل به أُلبس والداه يوم القيامة تاجاً من نور ضوؤه مثل ضوء الشمس ، ويكسى والداه حلتين لا تقوم لهما الدنيا فيقولان : بم كسينا هذا ؟ فيقال : بأخذ ولدكما القرآن
Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.” (HR. Hakim 1/756 dan dihasankan al-Abani).
Dalam riwayat lain, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يجيء القرآن يوم القيامة كالرجل الشاحب يقول لصاحبه : هل تعرفني ؟ أنا الذي كنتُ أُسهر ليلك وأظمئ هواجرك… ويوضع على رأسه تاج الوقار ، ويُكسى والداه حلَّتين لا تقوم لهما الدنيا وما فيها ، فيقولان : يا رب أنى لنا هذا ؟ فيقال لهما : بتعليم ولدكما القرآن
Al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu… ” kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya, dan kedua orang tuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Quran.” (HR. Thabrani dalam al-Ausath 6/51, dan dishahihkan al-Albani).
Moment tersebut terasa hangat dan mengharukan. Bagaimana tidak, mendidik anak sehingga hafal 30 juz serta 300 lebih hadist bukanlah hal mudah. Perlu perjuangan waktu yang tidak sebentar.
Namun bagi para santri yang sudah lulus ini, wisuda bukanlah garis finish dari perjuangan mereka. Malahan wisuda ini adalah garis start untuk memulai mendakwahkan ilmu Al Qur’an dan Hadist yang telah mereka hafal di masyarakat.